He deals the cards as a meditation
And those he plays never suspect
He doesn't play for the money he wins
He doesn't play for the respect
He deals the cards to find the answer
The sacred geometry of chance
The hidden law of probable outcome
The numbers lead a dance
I know that the spades are the swords of a soldier
I know that the clubs are weapons of war
I know that diamonds mean money for this art
But that's not the shape of my heart
He may play the jack of diamonds
He may lay the queen of spades
He may conceal a king in his hand
While the memory of it fades
I know that the spades are the swords of a soldier
I know that the clubs are weapons of war
I know that diamonds mean money for this art
But that's not the shape of my heart
That's not the shape, the shape of my heart
And if I told you that I loved you
You'd maybe think there's something wrong
I'm not a man of too many faces
The mask I wear is one
Those who speak know nothing
And find out to their cost
Like those who curse their luck in too many places
And those who fear are lost
I know that the spades are the swords of a soldier
I know that the clubs are weapons of war
I know that diamonds mean money for this art
But that's not the shape of my heart
That's not the shape of my heart
My world without you baby its seems so cold Cant leave without you baby I need you so I would give up all my love if u come home to me It’s not the distance baby that make me go We never see each other and it make me know Love that we share was so far that I can never show
Baby I couldn’t lie that I miss you so You keep saying good bye and i keep saying hello Baby I realize that I love u more This time
And I know it’s your future and I understand I can’t be someone baby that you think I am I was so fool cause I know I was letting you go i just can't stand to be far away from you I have my doubt realite couldn’t wait for you Baby I made some mistake which you know that it’s true
Baby I couldn’t lie that I miss you so You keep saying good bye and I keep saying hello Baby I realize that I love u more It’s time
Tonight I’ll be wishing that you would come home to me But if your not coming I just wanna let you see Baby I’m not lie because I want u back to me Tonight I’ll be wishing that you would come home to me But if your not coming I just wanna let you see Baby I’m not lie becauseI want u back to me Tonight
NAJIIIISSSS
ber, sumpah itu foto siapaa???
UDAHAN AH CHAT SAMA LOOOO!
Bramantyo Wisnu says:
loh
itu foto gw
Rhea says:
:P
Bramantyo Wisnu says:
yg sebelah mantan gw namanya carolin
e
bule2 gt deh
rambutnya aja burgundy gt
Rhea says:
HAHAHAHHAAAAHAHAHAHAHAHA
anjrittt
suksesssss!
demi dewa awan dan langit ya Ber, plis ganti foto yg beneran!
yastagaaa
Bramantyo Wisnu says:
itu beneran gw
ko org2 pd gasuka sih sm foto gw
Rhea says:
au ah
gue diem sampe lo ganti foto LO!
Bramantyo Wisnu says:
emgnya gw disitu krg ganteng ya
apa terlalu ganteng sampe lo ga suka gara2 takut kesengsem
kecakyepan kali ya gw mungkin
jadi waktu itu tuh gw ga sengaja ketemu caroline pas d terminal
dulu kan gw jambret
pas gw mau ngambil dompet dia, eh ketauwan
pas dia balik badan, dang!
tb2 kaya liat bidadari gt gw, love at first sight
dlm hati gw jd berdoa, "ya Tuhan kalau dia adalah jodohku pertemukanlah aku dlm kondisi yg berbeda" eh ternyata doa gw dkabulin
pas seminggu kemudian gw lg naik bis, tb2 ky ada yg ngerogoh kantong gw
pas gw nengok, eh doi yg nyopet gw!
Ini dia foto ajaibnya:
PS: Please Ber, sumpah lo berbakat banget untuk jadi penulis! Salut gueee.. Gue tunggu novel nya yakk! :p
Hari ini saya pulang kampus dengan jalur yang berbeda dari biasanya. Kalau biasanya saya pulang lewat jalur Rawa Belong – Permata Hijau – Pondok Indah, tadi saya mencoba jalur baru: Jl Anggrek – Permata Hijau – Blok M – Radal. Banyak banget hal yg saya baru lihat karena melewati jalur “baru” tersebut. Salah satunya adalah hal yg saya pengen ceritakan disini.
Dari Permata Hijau saya naik Metro Mini 70 jurusan Blok M – Joglo. Sampai di blok M, saya menunggu Metro Mini 72 di terminal (Alhamdulillah dapat tempat duduk). Saya duduk tepat dibelakang kemudi supir Metro Mini. Saya bisa langsung menyaksikan hal- hal apa saja yg si supir lakukan. Supir nya masih muda. Kira- kira umurnya 22 – 26 tahun. Saya sempat berdecak kagum, karena untuk ukuran supir Metro Mini, si supir ini termasuk masih muda. Selagi saya memperhatikan gerak gerik si supir. Saya baru sadar bahwa belum ada “pendamping” alias kenek di bis ini. Ah paling nanti di tengah jalan juga sudah ada yg menagih bayaran, pikir saya. Cukup lama bis ini me”ngetem” di terminal, mengumpulkan penumpang sampai berdesak- desakan (salah satu khas kota Jakarta). Akhirnya bis ini keluar dari terminal dan si supir melambai- lambai kepada seorang anak kecil yg berada di depan bis kami. Anak kecil itu lalu menghampiri si supir dari jendela si supir. Entah apa yg mereka bicarakan, saya tidak mengerti, namun setelah pembicaraan mereka selesai, si anak kecil tersebut lalu naik ke bis kami, lalu berseru- seru “Yoo Bulus bulus bulussssss, mall, bulus bulus bulussss”. Ya, anak kecil tersebut adalah si kenek.
Anak kecil itu sangat- sangat lincah dalam melakukan tugasnya. Saya sampai sempat ternganga begitu menyadari bahwa dia adalah keneknya. Bagaimana tidak, umurnya hanya sekitar 5 – 7 tahun! Dengan fasihnya dia berteriak kesana kemari meneriakkan jurusan bis kami. Berjalan keluar bis, berusaha mencari penumpang lain yg masih di luar bis. Saya kira bukan hanya saya, beberapa pejalan kaki di pinggir jalan pun saya dapati sedang ternganga sambil menunjuk ke arah si kenek. Hati dan pikiran saya sempat berdebat antara bangga dan sedih. Di satu sisi, saya merasa bangga sekali bahwa si kenek di umurnya yg sama sekali belum dewasa, bahkan belum remaja, sudah dengan lincahnya berlari- lari dan berkecimpung di dunia jalanan kota Jakarta. Namun di satu sisi, hati saya miris, bagaimana bisa anak kecil ini mencari uang dan tidak menuntut ilmu? Kemana orang tuanya?. Selagi hati dan pikiran saya berdebat dan belum ada keputusan antara bangga dan sedih, mungkin saat itu mulut saya belum terlalu lebar ternganga sebelum akhirnya saya melihat si kenek menghisap rokok yg biasa dihisap oleh orang dewasa (seandainya saja saya berani menyebutkan merk nya). Saya lalu geleng- geleng kepala.