Every women have same rights and have to be treated right! Check this dialogues:
“Kesetiaan akan selalu menang..” – hal 127
Ada kenangan yang menggores hatinya sekejap, yang cepat- cepat ditepiskannya. Segera digantinya kesedihan dengan sebaris senyum. “Aku pulang”, bisiknya senang. “Untuk membuka lembaran baru yang lebih indah. Aku tahu. Tuhan selalu beri kesempatan kedua.” – hal 143
“Kalau ia memang jodohku, maka dekatkanlah, jika ia bukan jodohku, maka jauhkanlah….” Sampai disini Nunung berhenti berdoa. “Jangan… jangan pisahkan kami, ya Allah… Permudahlah jalanku menuju kepadanya….” – hal 170
“Lho, Mas, aku sedang tidak perlu beli apa- apa di luar,” sergahnya dengan mimik sok polos. Lama Karim terdiam. Menatap. Hanya menatap Nunung, “Aku…,” gumamnya perlahan, setelah ia tahu apa jawaban yang dicarinya, “…aku kangen, Nung. Mung kowe sing iso nambani keselku… Cuma kamu yang bisa mengusir capekku….” – hal 171
“Mas…,” panggil Nunung galau. Ditatapnya Karim dengan air mata menggenang. “Aku… aku janda, Mas…”. Angin seperti berhenti bertiup. Bahkan ombak seperti berhenti berdesir. Karim berhenti tercenung, memandangi Nunung lekat- lekat. Tanpa kata- kata. Dan kesunyian menanti reaksi Karim itu terasa seperti ribuan tahun bagi Nunung. Hingga akhirnya ia melihat bibir Karim bergerak- gerak. Seperti ingin mengutarakan sesuatu. Seperti ingin mengungkapkan sesuatu yang sangat berat. Tapi akhirnya ia mencetuskan kalimat itu. Perlahan. Sederhana. “Aku… aku menerimamu, Nung… Siapa pun kamu….” – hal 181
Keputusan Nunung sudah bulat. Tidak ada dua perempuan didalam satu rumah tangga. Hanya ada satu ranjang pengantin bagi setiap perkawinan. Tidak pernah ada manusia yang adil membagi cinta.
Nunung meminta Karim dan Tini meninggalkannya. Percuma Karim membujuknya. Sia- sia Tini memohon. Nunung tetap pada prinsipnya. Perempuan tidak boleh menyakiti sesama perempuan. Hanya ada satu istri bagi setiap laki- laki. – hal 226
“Kamu harus bisa, Nung” kata Rossa memberi kekuatan. “Kalau kita mau meraih masa depan, kita harus melangkah ke depan, bukan ke belakang.”
“Dan melupakan masa lalu?” tanya Nunung sedih.
“Tidak, Nung,” sahut Rossa lembut. “Hanya kenangan pahit yang bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Karena kita jadi belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.” – hal 376
Rossa meraih tangan dilla, mengambil tangan Inge, lalu menggenggam tangan mereka bersamaan, hingga menyatukan ketiga tangan mereka. Tidak saling melukai. Tidak saling mendendam. Begitulah seharusnya perempuan terhadap perempuan. – hal 418
From the book JANDA- JANDA KOSMOPOLITAN by Andrei Aksana.
No comments:
Post a Comment